Istilah Live in banyak dipilih oleh istitusi sekolah khususnya untuk anak-anak usia SMA,untuk belajar hidup dan tinggal beberapa waktu, dan menyelami kehidupan di desa.Namun kali ini program live in tidak hanya berlaku bagi anak-anak usia SMA saja. Kamipun para Biarawan/wati juga melakukan hal serupa dengan tujuan yang berbeda tentunya. Saat menjalani masa Novisiat tahun kedua selama kurang lebih satu setengah bulan saya bersama teman-teman seangkatan juga pernah menjalani kegiatan ini dengan hidup bersama dengan masyarakat desa di sekitar Waduk Gajahmungkur- Wonogiri.
Situasi Desa yang kami tempati dengan pola kehidupan yang kental dengan bertani dan bercocok tanam serta ikatan masyarakat yang kuat dengan paguyuban dan kekeluargaanya. Selain itu program live in ini dipergunakan sebagai sarana untuk lebih dekat dengan umat untuk memperkenalkan panggilan kami sebagai Bruder FIC .
Untuk menyambut hari Minggu Panggilan pada tahun 2009 ini saya mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan live in di Paroki Keluarga Kudus Parakan-Temanggung. Sasaran yang hendak dicapai dengan memilih kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan suatu pilihan hidup panggilan sebagai Suster, Bruder, Frater dan Romo kepada umat. Dengan begitu umat/orang tua mempunyai kesadaran untuk ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan Gereja dengan memperkenalkan suatu pilihan hidup khususnya menjadi Biarawan/wati kepada putra-putrinya.
Panitia mengundang beberapa aneka tarekat dan kongregasi yang terdiri dari Suster, Bruder dan Frater diantaranya dari Yogyakarta, Semarang, Purworejo, Magelang, Muntilan dan Parakan - Temanggung sendiri tentunya. Para peserta disebar dibeberapa wilayah di sebuah keluarga Katolik diantaranya wilayah Parakan kota, wilayah, Ngadirejo, Karanggedong, Payung gunung , Candiroto, Mangunsari dan Kebondalem.
Penduduk wilayah Candiroto yang saya tempati sebagian besar orang-orang tua dan anak-anak kecil dan sebagian baru menginjak remaja . Dan keluarga yang saya tempati tidak asing dengan sosok seorang Bruder karena pernah mengenyam pendidikan yang dikelola oleh para Bruder FIC beliau adalah Bapak F. Tukidi yang lulus SPG Pangudi Luhur Kidul Loji tahun 1985, yang sekarang mengajar di salah satu SD Negeri di dekat tempat tinggalnya. Disamping itu beliau juga menyediakan waktunya untuk kegiatan dan pelayanan gereja, terbukti dengan beberapa tugas yang pernah diterimanya. Pernah menjadi pamong wilayah, menjadi Prodiakon Paroki serta saat ini menjabat sebagai Dewan Paroki Keluarga Kudus Parakan. Semua itu dilakukan dengan ikhlas dan murah hati demi pemberdayaan dan pengembangan umat di wilayahnya. ” Saya senang kalau umat katolik di wilayah ini guyup, dan rajin berdoa” demikian yang beliau ungkapkan saat mengadakan sharing keluarga.
Pada malam hari para peserta live in diajak untuk sarasehan dan sharing bersama, umat ataupun keluarga yang ditempatinya. Kemudian hari Minggu pagi pk. 08.00 diadakan Misa bersama seluruh umat di wilayah tersebut dengan seluruh peserta live in.
Kotbah dari Romo diganti dengan sharing panggilan serta memperkenalkan tarekatnya masing-masing. Kemudian setelah misa selesai dilanjutkan dengan ramah-tamah dan dilanjutkan dengan sarasehan bersama umat.
Semua peserta yang terdiri dari Bruder MTB, Bruder FIC, Suster OSF, Suster PI ,Suster PBHK dan para siswa Seminari Mertoyodan membagikan pengalamannya berkaitan dengan panggilannya serta memperkenalkan tarekatnya masing-masing.
Pada penghujung acara Br.Baptista MTB memperkenalkan serta mempraktekkan cara pembuatan pupuk organik, sehingga umat cukup antusias untuk mengikutinya.
Pemahaman
Kemudian apa yang dicari para bruder, suster dan frater ditempat live in tersebut? Kebanyakan orang berpikir bahwa panggilan hidup dengan menjadi biarawan/wati hanya untuk orang-orang tertentu saja. Padahal kenyataannya tidak demikian. Bahwa semua umat beriman dipanggil oleh Allah untuk memperoleh kekudusan, apapun bentuknya. Hanya tinggal bagaimana setiap pribadi tersebut mau atau tidak menanggapi sapaan dan ajakan dari Allah sendiri. Keistimewaan dipilih Tuhan menjadi biarawan/wati atau orang sukses adalah karena kita mampu melengkapi diri dengan pengalaman dan terlebih mau dan mampu menanggapi tawaran dari Allah sendiri. Dengan keyakinan dan nilai-nilai iman, moral, nilai sosial yang diperoleh dari belajar tentang kehidupan yang sebenarnya. Karena kita sebenarnya serba terbatas serba lemah, maka kita harus memiliki keyakinan tentang nilai kehidupan yang mulia, tentang tujuan hidup yang tidak hanya sebatas pada nilai duniawi semata tetapi juga mempunyai nilai hidup yang mempunyai tanda eskatologis bagi sesamanya.
Maka dengan kegiatan pengenalan diri oleh para suster, bruder dan frater dalam program Live in di Parakan ini, diharapkan akan terbangun suatu kesadaran dan wawasan baru bagi orang tua untuk mengarahkan anaknya ke jalan panggilan Tuhan. Juga terbangun suatu wawasan pada diri anak bahwa panggilan itu tidak hanya terbatas pada hidup berkeluarga namun ada suatu corak dan pilihan hidup yang khusus yang dimiliki oleh Gereja Katolik.
Manfaat bagi peserta live in(Suster, Bruder, Frater)
Dengan memberikan introduksi keadaan tempat live in berupa wilayah dan keluarga yang ditempati, diharapkan para suster, bruder, frater siap terjun dan menyatu dengan masyarakat di dalam karya dan perutusannya terlebih untuk tarekat atau kongregasi yang aktif apostolik. Sasaran lainnya, para suster, bruder, frater diintegrasikan dengan tinggal bersama dengan keluarga minimal mampu menyelami kehidupan yang lebih luas yang berbeda dengan lingkungan komunitas atau biaranya. Sasaran lebih jauh , para suster, bruder, frater bisa menemukan apa hakekat kehidupan. Bagaimana sikap keimanan yang kuat dari orang-orang desa, menjadi orang yang sabar, tetapi tidak mudah menyerah.
Dengan mengikuti kegiatan live in para suster, bruder, frater juga diharapkan menjadi orang yang harus mampu mengatasi keadaan dengan tekun dan ulet. Juga menciptakan kehidupan bermasyarakat dengan saling memberi dan menerima dengan pola kerukunan yang menjunjung rasa kebersamaan, persaudaraan, jauh dari sikap egois dan menang sendiri. Sehingga dengan perilaku yang positif tersebut diharapkan mampu untuk menggerakkan hati orang-orang muda mengikuti jejaknya dengan menjadi suster, bruder, frater maupun romo.* SEMOGA!