Monday, November 30, 2009

Malam Itu

Pk. 02.00 dini hari aku beranjak dari tempat tidurku, lalu keluar, duduk termenung di kursi depan kamar tidurku, yang hanya ditemani binatang-binatang malam serta temaramnya sinar rembulan. Tak banyak yang aku perbuat, hanya diam termenung. Sesaat berlalu, mata kualihkan padangannya ke lampu-lampu di teras lantai dua dan tiga Wisma Bernardus yang masih nampak perkasa menyinari di sekelilingnya. Hatiku terusik untuk segera menggampai tombol-tombol saklar untuk segera kumatikan. hemat energy! bisikku dalam hati. Setelah puas dengan tindakanku itu akupun segera bergegas menuju kantor, secepat kilat kubuka laptop thosibaku lalu kukonekkan dengan jaringan speedy. Berselancarlah dengan dunia maya. Pertama yang kubuka adalah memonitor web site kongregasi tercintaku yang selama ini aku gawangi. barangkali ada beberapa tanggapan dan buku tamu yang segera harus ku upload. Setelah cukup, beralih ke emailku. Ada tamu satu yang beberapa hari lalu kutanggapi saat ia menulis pada buku tamu website FIC. Lalu membaca lagi balasan email dari beberapa temanku. ada beragam expresi yang kutunjukkan sampai-sampai tak punya ide yang dapat kutuangkan untuk mereplay email tersebut. Akhirnya hanya kubaca dan kubaca berulang-ulang sambil mencecap hal positif yang ingin disampaikan untukku. terima kasih atas koreksi, tanggapan dan nasehat2 untukku.setelah cukup, browsing lalu kuarahkan ke mbah google untuk mencari download’an antivirus ansav, pcmav serta avg versi 8.0. hingga berakhir menjelang pk. 04.00. Mata tak menunjukkan tanda-tanda kelelahan. luar biasa. Namun begitu toh tak berani juga tuk rebahan di kasur. bisa-bisa keadaan menjadi runyam tak bisa melakukan kegiatan pagi, doa dan ekaristi. sehingga membuat batu sandungan bagi komunitasku. Akhirnya hanya duduk-duduk di kursi, sambil mengarahkan chanel ke radio kis untuk mendengarkan suaraku yang mengudara di acara semesta bernyanyi dan lentera semesta. ternyata lucu juga yach suaraku itu kalau sudah mengudara, medok jawanya tak terhindarkan, he..he..he..Namun begitu ada suatu guratan kebahagiaan di dalam hatiku., bahwa aku dapat menyapa dengan sabda Tuhan kepada orang-orang yang haus akan dahaga rohani, jeilaa……….. barangkali hanya segelintir saja orang-orang yang mau menanggapi dan mendengarkan sabda Tuhan di pagi itu dan pesan-pesan rohani yang aku sampaikan, tak masalah bagiku.meski dengan tindakan kecil yang aku lakukan secara sukarela, tulus, tanpa pamrih. Ini terlihat dari kerelaanku untuk setia merelakan dan mengalokasikan waktuku dalam proses persiapan membuat renungan sampai pada tahap rekaman yang aku lakukan secara riang gembira.
terima kasih
Doa dan salam dalam kesatuan pengabdian

Friday, October 23, 2009

TEMU BRUDER MUDA DAN CALON

Temu kenal Bruder Muda dan para Calon diadakan di SMK PL Leonardo - Klaten pada hari Sabtu-Minggu tanggal 10 s.d. 11 Oktober 2009. Hadir dalam pertemuan ini, kecuali para bruder muda dan para frater postulan, novis kanonik, dan novis lanjutan, juga hadir Br. Provinsial, beberapa pendamping bruder muda dan pendamping calon. Pada hari pertama para bruder muda dan para frater diajak untuk berkenalan lewat permainan dan ekspresi. Setiap regio serta para Postulan, Novis Kanonik dan Novis Lanjutan menampilkan atraksi, yel-yel dll. Ada yang menampilkan drama, gerak dan lagu, puisi, nyanyian dll. Ini semua bertujuan untuk saling mengakrabkan diantara para bruder muda sendiri dengan para calonnya. Selesai pentas dan atraksi ditutup dengan doa yang dipimpin oleh para Frater Postulan.Dalam pertemuan ini para bruder muda dan frater diajak untuk lebih memahami tentang peran dan fungsi keimanan para bruder dan frater dalam hidup panggilannya di tengah arus zaman ini. Disadari bahwa kehidupan iman berpengaruh dalam proses panggilan hidup sebagai bruder maupun sebagai calon bruder. Maka pada hari Minggu sebagai agenda utamanya mendalami penghayatan akan iman dalam hidup panggilan sebagai bruder FIC. Dihadirkan juga Br. Herman Yoseph Sagiman Seno Susilo sebagai nara sumber. Br. Herman menyampaikan sharing dan pengalamannya menjalani kehidupan panggilannya sebagai bruder. Bahwa penghayatan iman pada zaman sekarang ini sungguh berbeda dengan jamannya, maka yang terpenting adalah mempunyai prinsip dan pegang komitmen. Beliau juga menyadari bahwa dalam perjalanan hidup panggilannya tidaklah selalu mulus. Ada juga onak duri yang menghiasi perjalanan hidupnya. Maka yang terpenting adalah untuk selalu refleksi, bahwa menjadi bruder FIC itu untuk mencari siapa? yaitu mencari Yesus sendiri untuk meneladan sikap hidupnya dengan memberikan pelayanan bagi sesama, ungkap bruder yang saat ini menjalani karya perutusan sebagai koordinator dan kepala sekolah SD Pangudi Luhur St. Yusuf Semarang ini. Di penghujung pertemuan ditutup dengan peneguhan dari Bruder Provinsial. Dalam peneguhannya Br. Provinsial mengucapkan selamat dan berterima kasih kepada para bruder muda dan frater yang masih mempunyai semangat. Dengan energi dan semangat yang dimiliki akan berguna bagi pelayanannya untuk sekarang dan yang akan datang. Menyadari bahwa kaum muda sekarang sudah berbeda dari orang muda zaman dahulu namun yang terpenting adalah nilai-nilai keimanannya tetap dijunjung tinggi, diperhatikan dan dipertahankan sehingga tidak hanyut dalam gerak dan arus zaman yang menantang kita semua sebagai orang yang terpanggil khususnya menjadi bruder dan calon bruder FIC. Dalam pertemuan ini juga para bruder muda dan para frater nampak ada suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk datang dalam pertemuan ini, mempersiapkan segala sesuatunya untuk ekspresi dll.Ini menunjukkan bahwa bruder muda masih mempunyai semangat dan menunjukkan kehidupannya. Setelah itu ditutup dengan Perayaan Ekaristi bersama yang dipersembahkan oleh Rm. Sutrasno Pr, dari Paroki St. Maria Asumta Klaten . Dalam homilinya Rm. Trasno menekankan pentingynya membangun kualitas hidup yang bermutu. Dengan membagi kebahagiaan secara utuh pula. Untuk mencapai keberhasilannya sehingga menjadi utuh dan penuh perlu untuk berbagi apa yang dimilikinya, bakat, kemampuan dll. Kemudian setiap religius di zaman sekarang juga perlu membangun suatu militansi di tengah arus zaman ini. Sehingga sungguh-sungguh menjadi saksi, yaitu saksi kebaikan, kesungguhan, tanggung jawab maka untuk mencapai semua itu perlu suatu latihan yang terus menerus dengan penuh kesetiaa.**

Tuesday, September 15, 2009

Semangat Iman Kaum Muda Yang Menggerakkan

Kehidupan kita dewasa ini penuh dengan tawaran dan tantangan yang tidak selalu sejalan dengan iman. Pada saat dibaptis kita telah berjanji untuk setia pada iman dan menjadi manusia baru yang berani menolak segala hal yang jahat. Dengan iman yang teguh kita diharapkan senantiasa mengarahkan diri pada kehidupan kekal. Oleh karena itu iman yang hidup dalam diri kita mesti dikembangkan. Baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan.Entah di lingkungan kampus, komunitas biara, dan lingkungan tempat kita tinggal dan berinteraksi dengan sesama kita.
Kehidupan Iman tidak hanya sebatas diungkapkan lewat ungkapan kata-kata saja namun diimplementasikan dalam wujud yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, meskipun dalam hal-hal yang kecil dan sederhana. Sebagai kaum muda yang masih enerjik, mempunyai semangat yang tinggi dalam segala bentuk aktifitas diharapkan dapat menjadi daya dorong untuk dapat menggerakkan teman-temannya yang lain yang masih enggan untuk menjalani kegiatan bersama dalam lingkungan kampus. Selain itu sebagai orang yang beriman Kristiani diharapkan dapat menggali sang sumber semangat iman dari Yesus Kristus sendiri yaitu semangat untuk melayani atau serve. (Spiritual gift, Experience, Relation Style, Vocational skill and Enthusiation. Hal tersebut yang di ungkapkan oleh Rm. Dony dari Paroki St. Athanasius Agung Karang Panas dalam perayaan ekaristi awal tahun perkuliahan di unit kegiatan mahasiswa PKKMK Universitas Dian Nuswantoro Semarang beberapa waktu yang lalu. Rm. Dony juga mengungkapkan serta mengajak kepada para mahasiswa yang hadir dalam perayaan ekaristi tersebut untuk meneladan sifat-sifat yang dimiliki oleh Yesus yaitu kasih, kemampuan untuk belajar, penghiburan, peka, semangat, mad (make a diference) lain daripada yang lain. Dengan begitu, semangat iman khususnya iman Kristiani yang yang dimiliki oleh para mahasiswa dalam wadah PKKMK ini yang dilihat dari segi kuantitas hanya segelintir saja namun sungguh-sungguh dapat menjadi garam dan terang bagi orang lain dan lingkup yang lebih luas.**semoga.

Wednesday, September 2, 2009

Rekoleksi Komunitas

Hari Sabtu-Minggu, 29-30 Agustus 2009 merupakan hari yang istimewa bagi komunitas kami Bruderan FIC Wisma Bernardus dan Don Bosko Semarang. Dimana pada hari tersebut kami menjalani kegiatan rekoleksi komunitas. Mengadakan suatu penyadaran diri, berefleksi dan mengambil jarak dari segala ritinitasnya. Tema yang diambil dalam rekoleksi komunitas ini adalah berkaitan dengan prasetia yang lebih dititikberatkan pada prasetia ketaatan. Dengan bahan sesuai dengan surat edaran dari KPB ( Komisi Pembinaan Berkesinambungan) Kongregasi Bruder FIC.

Hari Sabtu sore pk. 17.00 diawali denga ibadat pembukaan dilanjutkan dengan pembahasan materi yang berkaitan dengan prasetia khususnya yang menyangkut tentang prasetia ketaatan. Kemudian dilanjutkan dengan refleksi pribadi hingga esuk pagi menjelang perayaan ekaristi. Lalu minggu siang dilanjutkan dengan sharing bersama.


Wednesday, August 19, 2009

Memaknai Kemerdekaan

Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2009 bangsa kita memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-64. Rentang waktu yang sudah demikian lama tentunya. Kita dapat memaknai kemerdekaan bangsa kita dengan kemerdekaan pribadi kita. Kita dapat bersyukur, meskipun masih banyak kekurangan di negara kita namun kita masih dapat melaksanakan tugas panggilan hidup kita masing-masing.

Kita sadar bahwa amanat Kerajaan Allah belum sepenuhnya terwujud di negeri kita tercinta ini. Ini yang sungguh menjadi tantangan bagi kita semua sebagai bagian dari komponen bangsa untuk ikut ambil bagian dalam dalam mengisi kemerdekaan dalam bentuk apapun sesuai dengan bakat dan talenta kita masing-masing. Dalam pembinaan moral dan iman, kita dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam menegakkan Kerajaan Allah dalam masyarakat yang secara politis sudah merdeka selama 64 tahun, namun secara moral dan iman belum merdeka. Masih banyak hal yang membutuhkan kesaksian kita. Antara lain adalah orang makin mementingkan diri sendiri. Orang berlomba mencari kuasaan dan harta tanpa peduli terhadap orang lain. Jurang antara yang berkuasa, kaya, dan yang lemah, dan orang tak punya semakin menganga lebar.

Kemerdekaan hanya terwujud, kalau manusia merdeka, lepas bebas dari pamrih, kehendak sendiri dan kepentingan sendiri, seperti dikatakan Paulus: “sebab oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah” (Roma 10:3). Kemerdekaan tanpa pamrih, kehendak dan kepentingan sendiri, merupakan panggilan pribadi setiap manusia, “saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, malainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (Gal. 15:13).

Lewat kemerdekaan ini, kita dibebaskan dari dunia, dari nafsu, dari daging seperti tuturan Santo Paulus, “tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jikalau memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan miliki Kristus” (Roma 8:9). Dengan kemerdekaan ini, manusia menjadi budak cinta atau hamba Tuhan dalam pengabdian suci untuk menjadi pelayan untuk semua manusia. Lagi dikatakan Paulus, “hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Tuhan” (1Petrus 2:16).

Kemerdekaan dalam Yesus amat bermakna, karena Yesus sendiri memberi teladan merdeka dari segala pamrih. Ia memanggil manusia secara pribadi, untuk memiliki Roh kemerdekaan, yaitu Roh Anak Allah yang mengatur hidup manusia, agar manusia merdeka dari dunia, nafsu dan daging serta agar manusia dikuasai oleh cinta demi pelayanan kepada sesama. Pendek kata, manusia dimerdekakan dari perbudakan supaya hanya diperbudak oleh cinta, yaitu Allah sendiri.

Kita semua diberi kemerdekaan untuk berbuat. Kita berhak atas segala tindakanya. Kita harus tumbuh dalam kematangan dalam kebenaran dan kebaikan karena kemerdekaan. Kemerdekaan kita akan mencapai kesempurnaan bila terarah kepada Allah. Kemerdekaan akan mewarnai perbuatan kita sehingga sungguh manusiawi. Karena, Tuhan telah menjadikan kita bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dikerjakan dengan kehendak bebasnya. Meskipun demikian, kelemahan kita, keterbatasan, ketidaktahuan, perasaan takut dan segala faktor psikis atau sosial yang lain tetap dapat mengurangi atau menghilangkan kemerdekaan dan tanggung jawab kita atas suatu perbuatan. Kemerdekaan kita terbatas dan dapat salah karena kelemahan kita, karena ketidak mampuan untuk mengarahkan kepada yang ilahi.

Kemerdekaan yang kita alami tidak dapat lepas dari pihak lain. Kemerdekaan bukan berarti bisa berbuat seenaknya. Kita harus memperhatikan unsur-unsur lain dalam hidup bersama, terutama harus selalu mengarah kepada yang Illahi. Hanya ada satu hal penting yang tidak menghalangi kemerdekaan manusia, ialah Rahmat Tuhan. Justru dengan rahmat itu kita mampu hidup sesuai dengan kebenaran dan kebaikan yang telah diletakkan Allah dalam hati kita. Rahmat selalu membantu kita untuk hidup selaras dengan kehendak Tuhan.(SE Agustus 09)

Friday, May 8, 2009

Panggilan Hidup Bakti

Panggilan hidup merupakan ajakan untuk bergerak sebagaimana mestinya sebagai mahkluk ciptaan Allah. Panggilan hidup merupakan sebuah tawaran dari Allah agar umat-Nya berani dan mau terlibat dalam menghidup kembangkan karya ciptaan-Nya. Ada banyak tawaran hidup yang harus kita pilih. Istilah umum yang sering kita dengar adalah hidup berkeluarga dan hidup membira. Tentang hidup berkeluarga sudah sangat jelas dan umum telah dipilih oleh hampir sebagaian besar manusia. Namun dalam tradisi Katolik ada suatu corak hidup yang lain yang dipilih oleh sebagian orang, yaitu corak hidup bakti dengan menjadi biarawan/biarawati. Mereka inilah orang-orang yang tertangkap oleh Kristus dan mau membaktikan hidupnya bagi Gereja.


Di dalam Vita Consecrata art.1 dikatakan bahwa “ Di setiap masa ada orang-orang pria maupun wanita yang mematuhi panggilan Bapa dan dorongan Roh Kudus dan memilih cara khusus itu dalam mengikuti Kristus, guna membaktikan diri kepada-Nya dengan hati yang tak terbagi. Seperti para rasul, merekapun telah meninggalkan segala sesuatu untuk menyatu dengan Kristus dan seperti Dia mengabdikan diri kepada Allah serta kepada saudara-saudari mereka. Begitulah, melalui sekian banyak kharisma hidup rohani dan kerasulan, yang dianugerahkan kepada mereka oleh Roh Kudus, mereka membantu menjadikan misteri dan misi Gereja memancarkan sinar dan dengan demikian berperan serta demi pembaruan masyarakat.


Di Indonesia ada beberapa kongregasi bruder dan frater dengan jumlah anggota yang bervariasi. Disamping itu ada juga kongregasi, tarekat atau ordo yang terdiri dari Imam dan Bruder. Setiap kongregasi mempunyai jenis karya kerasulan masing-masing sesuai dengan kharisma/semangat awal para pendiri kongregasi mereka. Kongregasi Bruder FIC yang didirikan pada tahun 1840 di Maastricht Belanda, diwarnai oleh karya utama pendidikan dan pengajaran serta pembinaan bagi kaum muda. Hal ini karena Pastor Ludovicus Rutten, pendiri kongregasi para bruder FIC pada awalnya tergerak hatinya oleh kaum muda di Maastricht Belanda pada waktu itu.


Imam muda ini mengalami suatu panggilan untuk menyerahkan seluruh hidupnya dan semua kekayaannya bagi pelayanan pendidikan dan pembinaan kristiani kaum muda, yang terlantar, tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya karena sibuk dengan bekerja. Rutten mulai dengan mengajarkan kepada anak-anak kecil di emperan Basilik St. Servasius di Maastricht. Dari sinilah, kemudian sekolah-sekolah berkembang dan menyebar ke kota-kota lain di seluruh negeri Belanda.Dari Belanda Kongregasi FIC berkembang ke Asia (Indonesia) Afrika ( Ghana dan Malawi) dan Amerika Selatan (Chile). Pernah juga berkarya di Mosambig, Seraleon dan Pakistan. Namun dari ketiga tempat tersebut mengalami pergolakan politik yang tidak menentu akhirnya para para Bruder ditarik kembali dari medan pelayanan dari ketiga tempat tersebut. Hingga pada akhirnya FIC diundang oleh romo-romo Yesuit untuk datang ke Yogyakarta pada tahun 1920, yang ditandai dengan kedatangan lima bruder Belanda di Yogyakarta. Mulailah sekolah –sekolah bruderan didirikan. Dari Yogyakarta berkembang ke Muntilan, Ambarawa, Surakarta, Semarang, Klaten dan daerah-daeah lain di Jawa Tengah, kemudian menyebar ke daerah lain seperti Jakarta, Sumatera, Kalimantan dan Papua, lewat karya kerasulan pendidikan melalui Yayasan Pangudi Luhur. Tidak hanya karya pendidikan saja yang ditangani namun masih ada karya lain yang menjadi tanda kesetiaan hadirnya bruder-bruder FIC. Hal ini yang sesuai dengan Refleksi Dasar Konstitusinya “ terbuka terhadap tanda-tanda zaman dan terhadap Roh yang berhembus kearah yang dikehendaki-Nya. Karya-karya non pendidikan yang ditangani oleh para bruder FIC antara lain berupa asrama dan panti asuhan, Rumah Retret Syalom Bandungan, Institut Roncalli Salatiga, Pertenunan Santa Maria Boro, Percetakan Pangudi Luhur Muntilan serta unit produksi kayu dan logam.
Semua itu ditempuh untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. maka bagi para bruder secara terus menerus perlu meningkatkan kualitas diri baik dalam hidup maupun karya kerasulannya.

Wednesday, May 6, 2009

Promosi Panggilan dengan Ber Live-in


Istilah Live in banyak dipilih oleh istitusi sekolah khususnya untuk anak-anak usia SMA,untuk belajar hidup dan tinggal beberapa waktu, dan menyelami kehidupan di desa.Namun kali ini program live in tidak hanya berlaku bagi anak-anak usia SMA saja. Kamipun para Biarawan/wati juga melakukan hal serupa dengan tujuan yang berbeda tentunya. Saat menjalani masa Novisiat tahun kedua selama kurang lebih satu setengah bulan saya bersama teman-teman seangkatan juga pernah menjalani kegiatan ini dengan hidup bersama dengan masyarakat desa di sekitar Waduk Gajahmungkur- Wonogiri.
Situasi Desa yang kami tempati dengan pola kehidupan yang kental dengan bertani dan bercocok tanam serta ikatan masyarakat yang kuat dengan paguyuban dan kekeluargaanya. Selain itu program live in ini dipergunakan sebagai sarana untuk lebih dekat dengan umat untuk memperkenalkan panggilan kami sebagai Bruder FIC .

Untuk menyambut hari Minggu Panggilan pada tahun 2009 ini saya mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan live in di Paroki Keluarga Kudus Parakan-Temanggung. Sasaran yang hendak dicapai dengan memilih kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan suatu pilihan hidup panggilan sebagai Suster, Bruder, Frater dan Romo kepada umat. Dengan begitu umat/orang tua mempunyai kesadaran untuk ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan Gereja dengan memperkenalkan suatu pilihan hidup khususnya menjadi Biarawan/wati kepada putra-putrinya.
Panitia mengundang beberapa aneka tarekat dan kongregasi yang terdiri dari Suster, Bruder dan Frater diantaranya dari Yogyakarta, Semarang, Purworejo, Magelang, Muntilan dan Parakan - Temanggung sendiri tentunya. Para peserta disebar dibeberapa wilayah di sebuah keluarga Katolik diantaranya wilayah Parakan kota, wilayah, Ngadirejo, Karanggedong, Payung gunung , Candiroto, Mangunsari dan Kebondalem.

Penduduk wilayah Candiroto yang saya tempati sebagian besar orang-orang tua dan anak-anak kecil dan sebagian baru menginjak remaja . Dan keluarga yang saya tempati tidak asing dengan sosok seorang Bruder karena pernah mengenyam pendidikan yang dikelola oleh para Bruder FIC beliau adalah Bapak F. Tukidi yang lulus SPG Pangudi Luhur Kidul Loji tahun 1985, yang sekarang mengajar di salah satu SD Negeri di dekat tempat tinggalnya. Disamping itu beliau juga menyediakan waktunya untuk kegiatan dan pelayanan gereja, terbukti dengan beberapa tugas yang pernah diterimanya. Pernah menjadi pamong wilayah, menjadi Prodiakon Paroki serta saat ini menjabat sebagai Dewan Paroki Keluarga Kudus Parakan. Semua itu dilakukan dengan ikhlas dan murah hati demi pemberdayaan dan pengembangan umat di wilayahnya. ” Saya senang kalau umat katolik di wilayah ini guyup, dan rajin berdoa” demikian yang beliau ungkapkan saat mengadakan sharing keluarga.

Pada malam hari para peserta live in diajak untuk sarasehan dan sharing bersama, umat ataupun keluarga yang ditempatinya. Kemudian hari Minggu pagi pk. 08.00 diadakan Misa bersama seluruh umat di wilayah tersebut dengan seluruh peserta live in.
Kotbah dari Romo diganti dengan sharing panggilan serta memperkenalkan tarekatnya masing-masing. Kemudian setelah misa selesai dilanjutkan dengan ramah-tamah dan dilanjutkan dengan sarasehan bersama umat.
Semua peserta yang terdiri dari Bruder MTB, Bruder FIC, Suster OSF, Suster PI ,Suster PBHK dan para siswa Seminari Mertoyodan membagikan pengalamannya berkaitan dengan panggilannya serta memperkenalkan tarekatnya masing-masing.
Pada penghujung acara Br.Baptista MTB memperkenalkan serta mempraktekkan cara pembuatan pupuk organik, sehingga umat cukup antusias untuk mengikutinya.

Pemahaman
Kemudian apa yang dicari para bruder, suster dan frater ditempat live in tersebut? Kebanyakan orang berpikir bahwa panggilan hidup dengan menjadi biarawan/wati hanya untuk orang-orang tertentu saja. Padahal kenyataannya tidak demikian. Bahwa semua umat beriman dipanggil oleh Allah untuk memperoleh kekudusan, apapun bentuknya. Hanya tinggal bagaimana setiap pribadi tersebut mau atau tidak menanggapi sapaan dan ajakan dari Allah sendiri. Keistimewaan dipilih Tuhan menjadi biarawan/wati atau orang sukses adalah karena kita mampu melengkapi diri dengan pengalaman dan terlebih mau dan mampu menanggapi tawaran dari Allah sendiri. Dengan keyakinan dan nilai-nilai iman, moral, nilai sosial yang diperoleh dari belajar tentang kehidupan yang sebenarnya. Karena kita sebenarnya serba terbatas serba lemah, maka kita harus memiliki keyakinan tentang nilai kehidupan yang mulia, tentang tujuan hidup yang tidak hanya sebatas pada nilai duniawi semata tetapi juga mempunyai nilai hidup yang mempunyai tanda eskatologis bagi sesamanya.
Maka dengan kegiatan pengenalan diri oleh para suster, bruder dan frater dalam program Live in di Parakan ini, diharapkan akan terbangun suatu kesadaran dan wawasan baru bagi orang tua untuk mengarahkan anaknya ke jalan panggilan Tuhan. Juga terbangun suatu wawasan pada diri anak bahwa panggilan itu tidak hanya terbatas pada hidup berkeluarga namun ada suatu corak dan pilihan hidup yang khusus yang dimiliki oleh Gereja Katolik.

Manfaat bagi peserta live in(Suster, Bruder, Frater)
Dengan memberikan introduksi keadaan tempat live in berupa wilayah dan keluarga yang ditempati, diharapkan para suster, bruder, frater siap terjun dan menyatu dengan masyarakat di dalam karya dan perutusannya terlebih untuk tarekat atau kongregasi yang aktif apostolik. Sasaran lainnya, para suster, bruder, frater diintegrasikan dengan tinggal bersama dengan keluarga minimal mampu menyelami kehidupan yang lebih luas yang berbeda dengan lingkungan komunitas atau biaranya. Sasaran lebih jauh , para suster, bruder, frater bisa menemukan apa hakekat kehidupan. Bagaimana sikap keimanan yang kuat dari orang-orang desa, menjadi orang yang sabar, tetapi tidak mudah menyerah.

Dengan mengikuti kegiatan live in para suster, bruder, frater juga diharapkan menjadi orang yang harus mampu mengatasi keadaan dengan tekun dan ulet. Juga menciptakan kehidupan bermasyarakat dengan saling memberi dan menerima dengan pola kerukunan yang menjunjung rasa kebersamaan, persaudaraan, jauh dari sikap egois dan menang sendiri. Sehingga dengan perilaku yang positif tersebut diharapkan mampu untuk menggerakkan hati orang-orang muda mengikuti jejaknya dengan menjadi suster, bruder, frater maupun romo.* SEMOGA!

Sunday, May 3, 2009

Bahagia Menjadi Saksi Kristus


Di Doamu Namaku Disebut, begitulah tema yang diangkat dalam pertemuan para orang tua yang putra-putrinya dipanggil menjadi Suster, Bruder dan Romo. Acara yang diprakarsai oleh IKHRAR Rayon Semarang tersebut dilaksanakan pada tanggal 25-26 April 2009 di Rumah Retret Griya Paseban Semarang. Acara dikemas dalam bentuk Rekoleksi yang diawali dengan wawanhati bersama dengan Mgr. Ignatius Suharyo Uskup Keuskupan Agung Semarang. Dalam kesempatan wawanhati ini Mgr. Ignatius Suharyo membagikan gambar kepada para peserta yaitu sepasang suami istri yang diangkat sebagai beato dan beata pada tanggal 21 Oktober 2005. Mereka adalah orang pertama yang menjadi orang kudus pasangan suami istri. Bahwa jalan kekudusan bukan saja hanya dimiliki oleh para rohaniwan dan biarawan/wati saja, namun semua orang di panggil untuk menjadi kudus. Mereka ini menjadi suci karena mereka melakukan hal-hal yang biasa, tetapi dengan cara yang luar biasa. Luar biasa karena hidupnya selalu menimba kekuatan dari sabda Allah dan berbahagia dalam menghayati hidup panggilannya. Kemudian setelah selesai acara wawanhati dan tanya jawab acara dilanjutkan dengan perayaan ekaristi yang juga dipimpin oleh Bapak Uskup dengan didampingi oleh Rm. Santoso MSF. Dalam homilinya Mgr. Suharyo mengajak kepada para orang tua terpanggil tersebut untuk bersemangat dalam memberi kesaksian tentang hidupnya kepada Allah sang pemberi segalanya. Bahwa kesaksian tentang Allah dimana-mana dibutuhkan, terlebih ditempat yang tepencil, sepi dan sulit. Mgr Suharyo berharap, kepada bapak-ibu yang hadir dalam pertemuan ini untuk tidak usah ragu-ragu jika anak-anaknya yang menjadi Suster, Bruder dan Romo jika ditempatkan ditempat yang terpencil, sulit, dan sepi. Mereka itu menjadi saksi Kristus, dan memperoleh kebahagiaan juga dengan segala macam karya yang dijalaninya untuk orang lain.

Setelah makan malam kemudian Rm. Eko Yuwantoro MSF, Br. William FIC dan Sr. Goretti OSF membagikan pengalamannya menjalani hidup panggilan yang telah dipilihnya. Romo Eko mengungkapkan bahwa panggilan adalah suatu misteri dalam perjumpaan dengan Allah. Pergulatan dan perjuangan sebagai Romo ditugaskan ditempat yang tidak enak, tetapi tetap bahagia. Tuhan tetap ada dan menjadi kekuatan nya. Pengalaman dalam perjumpaan dengan sesama yang menguatkan.
Kemudian Br. William FIC mengungkapkan pergulatannya sebagai Bruder. Awal panggilan dari keluarga bukan Katolik. Setelah pindah agama lalu di”usir” dari keluarga, lalu tinggal bersama neneknya. Setiap pergi ke gereja harus sembunyi-sembunyi. Suatu saat di”cangking” Romo Belanda, yang terkesan pada saat dipegang kepalanya dan mendorongnya menjadi Katolik. Namun Setelah menjadi Katolik hubungan dengan keluarga menjadi renggang. Namun ia tetap jalan terus dan memutuskan untuk menjadi Bruder FIC. Lain lagi dengan Sr. Goreti OSF. Keinginan untuk menjadi suster jauh sebelum katolik. Pada awalnya melihat seorang suster Belanda saat menyeberang jalan dan menghampirinya lalu tertarik.. Walupun beliau orang Belanda tetapi baik dan ramah.Walaupun selama sepuluh tahun tidak mendapat dukungan dari keluarga., namun Sr. Goreti tetap bahagia dan tidak pernah menyesal menjadi suster karena dengan menjadi suster semua menjadi bisa dan tetap ingin jadi suster yang baik.

Pada hari minggunya para peserta diajak untuk lebih memahami serta memaknai tentang ”Pengaruh Keluarga Dalam Menanamkan dan Dalam Mendukung Kesetiaan Panggilan Hidup Bakti”, yang disampaikan oleh Romo Mulyono MSF. Bahwa keluarga bagaikan seminari yang pertama. Ini sangat membantu bagi anak untuk membantu dan mendukung masuk sebagai biarawan/ wati, atau imam, sehingga menjadi pendukung dan menjadi motivasi bagi anak. Maka keluarga juga perlu untuk memberikan kebebasan kepada anak dengan kegiatan gereja (misdinar, koor). Supaya semakin dekat dengan biarawan/wati dan imam dengan harapan supaya ada panggilan.
Kemudian dilanjutkan dengan sharing dalam kelompok dengan bahan pendalaman antara lain tanggapan dan reaksi orang tua ketika anaknya memohon doa restu untuk menjalani kehidupan sebagai religius? Apakah rela, bersyukur, gembira, bangga atau sebaliknya kecewa, marah, sedih? Perasaan orang tua, bila anak yang terpanggil ditugaskan di tempat yang sangat jauh dan terpencil di daerah pedalaman, jauh dari keramaian kota? Ketika anak yang terpanggil menyatakan diri mau keluar dan merasa sudah tidak krasan lagi di biara dan ingin keluar, bagaimana tanggapan orangtua menyikapi hal ini? Apakah mencela, malu, sedih ataukah memberi dukungan doa dan perhatian agar tabah dan menekuni panggilan yang sudah dijalaninya?Harapan orang tua untuk religius di jaman sekarang, mengingat kehidupan religius sekarang ini tantangannya cukup berat? Dari hasil sharing bersama antar kelompok tersebut kemudian diplenokan sehingga semakin dapat memperkaya antara antar peserta, sehingga semakin dapat memberikan dukungan kepada putra-putrinya yang menjalani panggilan sebagai religius.
Di penghujung acara terbentuklah suatu paguyuban orang tua terpanggil yang terbagi dalam beberapa wilayah dengan menunjuk beberapa peserta sebagai koordinatornya. Dengan terbentu paguyuban orang tua terpanggil tersebut diharapkan semakin dapat memberikan dukungan kepada putra-putrinya terlebih juga dapat saling mengenal dan memberikan kekuatan.

Wednesday, April 8, 2009

Mengenang Anggota Keluarga yang Kucintai

Sore itu saya bersama dengan para Bruder sekomunitas bergegas meluncur ke kota M menuju rumah orang tua saya untuk misa arwah memperingati 1000 hari meninggalnya ayah . Perjalanan lancar meskipun hujan rintik-rintik tiada henti mengiringi perjalanan kami. Tepat pk. 18.00 wib iringan dua mobil sampai juga di rumah yang kami tuju. Setelah beristirahat sejenak, tak lama berselang umat lingkungan segera berdatangan, di susul kemudian para bruder serta para Novis dan Postulan dari Komunitas Muntilan. Tepat pk. 19.00 wib ketua lingkungan memberikan sambutan dan pengantar sebelum perayaan Ekaristi dimulai. Perayaan ekaristi dipimpin oleh Romo Servasius Samuel yang sengaja saya datangkan dari Semarang agar mengenal juga tentang situasi yang berbeda. Umat yang hadir baik yang tua, muda maupun anak-anak sungguh banyak, sehingga rumah penuh sesak. Namun begitu saya dan keluarga sungguh bersyukur atas perhatian, kerelaan dari umat dan para Bruder komunitas Candi dan Muntilan yang hadir untuk mendukung doa-doa untuk ayah yang genap seribu hari dipanggil Tuhan. Ini merupakan suatu rahmat dan kebahagiaan bagi kami sekeluarga.
Kotbah Romo Samuel diganti dengan sharing pengalaman iman yang saya ungkapkan berkaitan dengan pribadi Bapak serta tak lupa juga sebagai sarana untuk mengenalkan hidup bakti sebagai Bruder FIC secara khusus dan hidup membiara secara umum kepada anak-anak dan remaja yang hadir dalam misa tersebut. Saya sungguh bersyukur boleh memiliki, mengenal, merasakan serta hidup bersama dengan sentuhan kasih dari Bapak saya. Lewat beliau saya banyak belajar nilai-nilai kehidupan yang beliau tunjukkan, hayati dan teladankan untuk kami sekeluarga. Sehingga saya bisa sampai seperti sekarang ini. Nilai kejujuran dan kesederhanaan yang beliau tunjukkan menjadi warisan berharga untuk saya hidupi, saya kembangkan dan perjuangkan terlebih di dalam hidup harian saya sebagai Bruder FIC, baik di Komunitas, maupun di dalam karya perutusan saya.
Beliau sudah menyelesaikan pertandingan dan memperoleh garis akhir kebahagiaan untuk bersatu dengan Bapa di surga. Akhirnya saya hanya bisa selalu berdoa dan berharap semoga beliau juga selalu mendoakan saya yang masih hidup dan berjuang dalam peziarahan di dunia ini agar nantinya juga layak dan pantas bersatu dengan Bapa di surga. amin.

Wednesday, January 28, 2009

Jalin Persaudaraan Pengurus

Kabut tebal menghiasi kota Semarang sehingga mentari pagi masih enggan menampakkan diri dari peraduaannya. Namun begitu tidak menyurutkan niat kami para pengurus IKHRAR (Ikatan Karya Dan Hidup Rohani Antar Rohaniwan/Rohaniwati)Rayon Semarang yang terdiri dari Suster, Bruder dan Romo ( Suster OSF, PI, AK, Bruder FIC dan Romo MSF) sudah mulai beraktifitas bersama dengan mengadakan kunjungan ke tempat keluarga dan berziarah bersama. Rombongan satu Bis kecil yang berjumlah 20 orang meluncur dari Semarang ke arah Selatan menuju daerah Wonosari- Gunung Kidul. Meskipun cuaca pagi tidak begitu bersahabat namun sepanjang perjalanan begitu lancar, tanpa suatu kendala apapun hingga kami sampai ditujuan yang pertama yaitu daerah S - Wonosari ke tempat orang tuanya Sr. Emmanuela OSF dengan selamat. Setelah bertegur sapa berbagi cerita dan berdoa bersama sehingga dapat memberikan suatu dorongan dan dukungan kepada kami semua. Setelah itu dilanjutkan dengan jamuan makan siang kas masyarakat desa.

Selesai dari perhentian pertama perjalanan dilanjutkan kembali ke tempat orang tuanya Br. Hans Gendut FIC. Setelah istirahat sejenak melepas lelah, acara dilanjutkan dengan misa bersama dengan anggota keluarga Br. Hans. Misa dipersembahkan oleh Romo Santoso MSF. Ujud misa secara khusus memohon kekuatan serta kesembuhan untuk Bapak Radiyo ( ayah dari Br. Hans) yang sedang menderita sakit.

Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali untuk mengadakan peziarahan di Gua Maria Tritis dan berakhir dengan rekreasi bersama di Pantai Baron.
Dari pengalaman singkat tersebut saya dapat bersyukur boleh mengalami suatu perjumpaan dengan rekan-rekan seperjalanan panggilan juga perjumaan dengan anggota keluarga yang dikunjungi. sehingga dapat saling memberi dukungan dan kekuatan dalam menjalani hidup khususnya pada diri saya sebagai Bruder FIC.

Tuhan memberkati... Amin