Wednesday, December 31, 2008

Memaknai Natal di Tempat Terpencil


Ada berbagai macam cara dan ragam kegiatan dalam menyambut hari kelahiran Sang juru selamat Yesus Kristus. Ada yang menyambut dan merayakan dengan hingar bingar dan meriah, namun ada juga yang merayakannya dengan sangat sederhana. Kami para bruder muda angkatan 2006 pun mencoba untuk memaknai Natal dengan cara yang lain.

Bermula dari obrolan ringan dalam suatu pertemuan kemudian timbul ide untuk merayakan Natal bersama di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk keramain kota. Kamipun lalu sepakat memilih Paroki Danan Giriwoyo untuk merayakan Natal bersama.

Pada hari Rabu, 24 Desember 2008 kami bertujuh (Br. Galih, Br. Vembri, Br. Juadi, Br. Darta, Br. Andre Djoko, Br. Roman Ndruru dan Br. Agus Parno) berkumpul di Komunitas Klaten untuk memulai perjalanan. Tepat pkl. 09.00 wib kami berangkat bersama-sama menuju Giriwoyo. Tepat pkl 12.00 wib tiba di komunitas Bruderan FIC Giriwoyo dengan selamat dan disambut oleh Br. Ignatius Wakidi dengan hangat dan ramah. Setelah istirahat sejenak lalu diajak untuk makan bersama. Kemudian sore hari mengenang masa-masa saat kami menjalani stage dengan mengunjungi para keluarga yang dipergunakan sebagai tempat tinggal pada saat menjalani stage. Kamipun disambut dengan ramah oleh para keluarga tersebut.

Pada malam harinya kurang lebih pkl 19.00 wib berangkat ke Gereja Danan untuk merayakan misa malam Natal. Meskipun di desa namun umat cukup antusias dalam mengikuti perayaan Ekaristi tersebut. Alunan gendhing dan lagu Jawa demikian syahdu dan tertata secara apik.Sehingga menambah kidmat dalam seluruh rangkaian perayaan Ekaristi tersebut. Dalam homilinya Romo mengajak kepada seluruh umat Paroki Danan khususnya pada diri kaum muda untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja. Dengan kelahiran sang juru selamat semakin menyemangati untuk semakin memberikan diri dalam kehidupan menggerejanya. Perayaan Ekaristi berakhir hingga pukul 21.30 wib.

Keesokan harinya kami melanjutkan kunjungan ke keluarga-keluarga yang dahulu dipergunakan untuk tempat tinggal saat menjalani stage. Ada tiga yang masih harus kami kunjungi. Kemudian sekitar pkl 11.00 wib kami meninggalkan Giriwoyo lalu menuju Paranggipito untuk rekreasi bersama. Tempat yang dituju adalah Pantai Sembukan. Sebuah pantai selatan yang masih alami dan belum dijamah tangan-tangan jail sehingga cukup memberikan keindahan tersendiri bagi orang-orang yang berkunjung menikmati keindahan alam dan laut. Tepat pkl 13.00 wib kami meninggalkan Pantai Sembukaan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Komunitas kami masing-masing.

Dari peristiwa dan pengalaman kecil ini kami dapat berbagi cerita, sharing saling mendukung dan menguatkan dalam menjalani panggilan hidup bakti sebagai Bruder FIC sehingga diharapapkan akan selalu setia dalam proses panggilan ini. Tuhan memberkati***


Saturday, December 13, 2008

"Sepenggal Ungkapan Hati"

Berangkat dari motivasi yang sama dengan latar belakang keluarga, pendidikan,budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda, empat Jawa, dua Sumatera, satu Papua dan satu Nias, akhirnya sejak tahun 2003 hingga tahun 2006 kami dipersatukan oleh Tuhan dalam menjalani suatu masa pembinaan awal, di Postulat, Novisiat Kanonik serta Novisiat Lanjutan. Suka duka selalu mengiringi dalam perjalanan peziarahan hidup kami. Pengalaman jatuh, terpuruk namun dengan kemauan yang teguh untuk bangun kembali sehingga dapat menempa diri kami untuk meneruskan perjalanan panggilan kami. Sampai pada akhirnya harus menjalani tugas perutusan di suatu karya dan komunitas yang berbeda -beda. (Si sulung Widyo di Yayayasan Pangudi Luhur Pusat, Komunitas St. Vincentius-Randusari-Semarang, Si bikin humor Andre Djoko,komunitas Maria Medriatrix- Klaten, si bungsu Galih Hartanta-RR Syalom Bandungan, si kalem FX Darta menemani anak muda di SMP PL Bintang Laut, komunitas St.Josef-Surakarta, si penulis ulung Justinus Juadi, komunitas St Fransiskus Xaverius Senopati-Yogya, Roman Ndruru-komunitas St. Fransiskus Xaverius Senopati Yogya, Valen Vembri Kepala Asrama di komunitas Tanjung-Kalimantan Barat dan Agus Parno di Komunitas Provinsialat Wisma Bernardus- Semarang)
Semoga Tuhan selalu mengiringi perjalanan hidup kami hingga mencapai peziarahan yang terakhir.
Tuhan memberkati .
Amin.

Wednesday, November 26, 2008

Perjalanan Pagi Itu

Pagi itu matahari belum menampakkan sinarnya. Kami para bruder komunitas Wisma Bernardus Semarang sudah memulai aktifitas hariannya, doa pagi bersama dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi, yang dipersembahkan oleh seorang Romo MSF.

Selesai misa pagi bergegas menuju kamar untuk mempersiapkan diri menempuh perjalanan panjang ke Komunitas Sedayu Yogyakarta. Secepat kilat mengambil kunci motor super cup merah tahun 1981. Motor kupacu sesuai dengan keadaannya, mengingat sudah usur sehingga perlu suatu kesabaran dan kehati-hatian yang tinggi. Sesampai di Komunitas Ambarawa berhenti sejenak untuk mendinginkan mesin sembari bersua dengan para bruder yang ada di komunitas tersebut, perjalanan Semarang Ambarawa harus kutempuh dengan waktu 2 jam, tak menjadi soal yang penting diri selamat dan motor tetap jalan dan dapat melanjutkan sampai tujuan. Setelah selesai melepas lelah dan "ngedemke" mesin perjalanan kulanjutkan kembali.


Cuaca di sekitar Ambarawa tidak begitu bersahabat, hujan rintik-rintik membasahi dan mengiringi perjalananku. Kendaraan lalu-lalang padat merayap, sehingga motor kupacu dengan sangat hati-hati. Sesampai ditanjakan sekitar Coffeeva motor sedikit rewel, dan ngadat akhirnya macet.Kucoba untuk bersabar, menentramkan diri sambil menepi untuk melihat ada apa gerangan pada diri motor tersebut. Bensin habis tak mungkin karena baru saja kuisi kembali, mesin panas, saya kira juga nggak lha wong baru saja berhenti dan beristirahat lama. Motor kucoba hidupkan kembali dan puji Tuhan berhasil, perjalanan akhirnya dapat kulanjutkan kembali hingga sampai di Komunitas Sedayu Yogyakarta dengan selamat tanpa gangguan apapun.

Kunci dan STNK segera kuserahkan kepada si empunya motor. Mengingat sudah beberapa hari motor tersebut berada di Semarang untuk urusan pajak dan nomor kendaraannya. Sehingga bruder yang saban hari memakai motor tersebut menjadi senang, sudah diantarkan sampai di komunitas sehingga dapat dipergunakan sebagai penunjang karya kerasulannya.




Friday, October 17, 2008

Perjalanan Rohani di Hari Nan Fitri

Setiap tahun menjelang lebaran pesona mudik begitu luar biasa. Orang-orang berbondong-bondong kembali ke Kampung halaman dengan daya juang yang tinggi untuk dapat berkumpul dan bersilahturahmi dengan orang tua dan sanak saudaranya.Tradisi lebaran, dan saling mengunjung sanak saudara masih begitu kental di dirasakan hingga saat ini.

Pada kesempatan liburan lebaran ini pula kami para bruder komunitas Don Bosko dan Wisma Bernardus Semarang, juga berkesempatan mengadakan kunjungan kepada keluarga bruder.
Ada lima keluarga bruder yang kami kunjungi yaitu keluar Br. Frans Kasiya di Klaten, keluarga Br. Aretas di Prambanan, keluarga Br. Herman Yosef di Gendol dan Ngluwar serta keluarga Br. Edelwaldus di Muntilan.

Tujuan dari kegiatan ini antara lain untuk semakin dapat mengenal keluarga dan sanak saudara bruder yang ada di kampung halaman, dan semakin meningkatkan tali kasih persaudaraan diantara bruder dalam komunitas maupun dengan sanak saudara yang dikunjunginya, sehingga sungguh-sungguh menjadi saudara satu dengan yang lain.

Tuesday, September 23, 2008

Peranan Allah Dalam Hidup Sehari-hari

Menyadari akan peranan Allah dalam hidup sehari-hari dapat membangkitkan semangat baru dan menimbulkan serta membangkitkan rasa syukur dalam hati setiap orang.
Tetapi sebaliknya apabila kurang menyadari nya orang mudah dihinggapi perasaan takut, kawatir gelisah/tak menentu. Perasaan semacam itu dapat dimngerti karena tantangan hidup zaman ini nampaknya semakin besar dan berat. Dalam keadaan demikian banyak orang yang mencari dukungan dari hal-hal yang dianggap bersifat materi, yang dapat dianggap akan memberikan rasa aman dan menjamin hidup serta usaha-usahanya.
Saya sendiri juga tentu ingin menyadari akan peranan Allah dalam kehidupanku. Hanya yang menjadi persoalan adalah bahwa dalam kesibukan sehari-hari terkadang tidak selalu mampu untuk menyadari akan peranan Allah dalam hidupku.

Friday, September 12, 2008

Sambut Hari Baru Dengan Doa

Terhitung sejak 2 Juli 2007 , setahun yang lalu, saya memasuki suatu komunitas yang baru dengan tugas perutusan baru pula. Tepatnya di Komunitas Wisma Bernardus Semarang. Tidak memerlukan suatu tenaga dan pikiran yang ekstra untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru tersebut karena masih satu komplek dengan komunitas terdahulu di Komunitas Don Bosko Candi.
Komunitas Wisma Bernardus adalah komunitas baru dimana banyak para bruder yang sudah lansia atau pensiun tinggal dan Saya merasa bersyukur menjadi bagian dan teman perjalanan panggilan dengan para bruder yang sudah lansia tersebut. Hal- hal praktis dalam kehidupan harian saya timba dari mereka yang sudah lansia, khususnya dalam hal rohani sebagai penopang kelangsungan hidup panggilan sebagai bruder FIC. Bersyukur pula bahwa setiap pagi dapat menjalani doa pagi secara bersama-sama dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi komunitas.

Thursday, August 28, 2008

Jika Tuhan Mengingatkan

Penulis : Eko Jalu

Ada seorang mandor bangunan bekerja di gedung bertingkat. Suatu ketika ia ingin sampai pesan penting kepada tukang di lantai bawahnya. Mandor itu berteriak-teriak memanggil tukang bangunan agar mau mendongak ke atas sehingga ia dapat menjatuhkan catatan pesan. Karena suara mesin-mesin pekerjaan bising, tukang di bawahnya tidak dapat mendengar meski sudah berusaha berteriak lebih keras lagi tetaplah sia-sia saja.

Akhirnya ada ide melemparkan koin uang logam ke depan seorang tukang. Begitu melihat koin uang di depannya, berhenti bekerja sejenak kemudian mengambil uang logam itu, lalu melanjutkan pekerjaannya. Beberapa dicoba lemparkan uang logam, tetapi tetap tidak berhasil membuat tukang di bawahnya mau mendongak ke atas. Tiba-tiba ada ide lain, ia mengambil batu kecil dan melemparkannya tepat mengenai seorang pekerja yang ada di bawahnya. Karena sakit kejatuhan batu, pekerja itu mendongak ke atas mencari siapa yang melempar batu itu. Kini sang mandor dapat menyampaikan pesan penting dengan menjatuhkan catatan pesan dan diterima oleh pekerja di lantai bawahnya.

Untuk menarik perhatian manusia, Tuhan seringkali menggunakan cara-cara yang menyenangkan, namun kadangkala juga dengan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan. Tuhan seringkali menjatuhkan “koin uang” atau memberikan kemudahan dan rejeki yang cukup, agar manusia mau mendongak ke atas, memujiNya dan memuliakanNya. Sayangnya, seringkali hal itu tidak cukup membuat manusia bersyukur atas rahmat-Nya dan belum cukup membuat mau memberikan perhatian dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Karena itu, kadang-kadang menggunakan pengalaman menyakitkan, seperti menerima kegagalan, rasa sakit, kesulitan, musibah, dan berbagai pengalaman lainnya untuk menarik perhatian manusia. Dengan demikian, pengalaman-pengalaman menyakitkan yang kadang kala diterima manusia, hendaknya diterima sebagai peringatan dari Tuhan untuk menarik perhatian . Hendaknya hal itu membuat semakin mempererat hubungan dengan Tuhan, menyadarkan diri sebagai makhluk-Nya.

Sudah begitu banyaknya berkat dan rahmat-Nya kita. Seperti memiliki pekerjaan yang baik, sehat, memiliki mata untuk melihat dunia, punya dua kaki menopang tubuh kita, panca indra lengkap sempurna, rejeki yang cukup, keluarga yang bahagia dan lain sebagainya. Semua itu sesungguhnya adalah berkat dan rahmat Tuhan yang tak ternilai harganya. Sudahkah hal itu menjadikan kita selalu menengadahkan wajah kepada-Nya, mengingat-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya ? Ataukah hal itu belum menarik perhatian kita, sehingga menunggu Tuhan menjatuhkan “batu” kepada kita ?.

_______________________________

Penulis : Eko Jalu S. adalah Penulis Buku “The Art of Life Revolution” dan Buku “Heart Revolution: Revolusi Hati Nurani Menuju Kehidupan Penuh Potensi” keduanya diterbitkan Elex Media Komputindo.

Tuesday, August 26, 2008

Merdeka atas Suatu pilihan.

Baru saja bangsa kita memperingati hari kemerdekaannya yang ke-63 th. Kita juga dapat mengingat jiwa patriotisme para pendiri Negara pada awal kemerdekaan negara kita 63 th yang lalu. Semangat untuk mengisi kemerdekaanpun masih ditumbuh kembangkan hingga saat ini. Segala macam fasilitas dan tempat-tempat publik dipercantik. Aneka macam kegiatan dalam menyambut hari kemerdekaanpun digelar untuk memeriahkan hari yang membahagiakan bagi bangsa dan negara kita.
Dan bersama Gereja setiap tanggal 15 Agustus, umat Katolik juga merayakan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga Badan dan Jiwa. Pada mulanya Ibu Maria menyatakan bebas dan sepenuh hati kepada Tuhan atas apa yang diminta kepadanya. Pernyataan kesanggupan secara bebas dan sepenuh hati itu mendasari semua rencana dan perbuatannya sebagai pribadi yang telah dipilih dan sekaligus telah memilih kepada apa yang menjadi kehendak Tuhan.Menyatakan ya dengan membawa konsekuensi selama perjuangan hidupnya.

Demikian juga diri saya yang telah 'dipilih oleh-Nya dan memilih-Nya' sudah layak dan sepantasnya berani menanggung segala konsekuensi dari pilihanku itu. Ada banyak hal disekitarku yang baik, nyaman, dan menawan yang dicoba tawarkan. Persoalannya ialah saat diriku mengucapkan prasetia tanggal 2 Juli 2006 , dua tahun yang lalu saya sudah memilih DIA. Sedangkan dia-dia yang lain sebagai tambahan saja yang juga selalu mengiringi dinamika perjalanan hidupku. Dengan demikian menjadi orang yang bebas, dan bukan orang yang dijajah atau orang yang diperhamba oleh siapapun termasuk diri sendiri.
Tidak mudah memang untuk menjalani apa yang telah kupilih ini, bahwa setiap pilihan mengandung konsekuensi dan resiko. Dengan bantuan iman dan kasih Allah niscaya akan dapat diberikan sesuatu yang berlimpah dari-Nya apapun wujud dan bentuknya.
Semoga.

Sunday, August 24, 2008

Kesetiaan Itu Sangat Mahal

Ada rasa heran dan hampir tak percaya ketika prasetia hidup bakti sebagai bruder mencapai 60 tahun.Mungkin pada masa-masa lampau muncul pertanyaan apakah akan sampai ke sana? Namun sekarang, apa yang mungkin dahulu dipikirkan benar-benar terjadi.
Ini semua yang dialami oleh saudara saya dalam komunitas FIC di Wisma Bernardus Semarang. Pada tanggal 10 Agustus 2008 yang lalu saudara sekomunitas saya berpesta 60 tahun hidup bakti sebagai Bruder FIC. Ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan bahwa dirinya masih diberi kekuatan untuk setia sebagai bruder sampai saat ini meskipun fisik sudah demikian rapuh digerogoti oleh bertambahnya usia dan penyakit.
Saya sendiri lalu merenung, bagaimana dengan diriku, yang masih yunior di dalam Kongregasiku ini? Apakah juga mampu untuk setia? Dalam terang imanku bahwa Tuhan lebih dahulu setia kepada saya, maka Kesetiaan itu saya alami dalam kata Yesus bahwa Dia menyertai saya setiap hari. Dia menyertai saya dalam doa, berkarya, hidup di komunitas dan perjumpaan saya dengan sesama setiap hari.
Setia sebagai bruder berarti setia dalam menghayati triprasetia, (ketaatan, kemurnian,kesederhanaan) Saya sudah memilih menjadi bruder maka saya berusaha untuk setia,meskipun saya harus mengatasi kesukaran-kesukaran hidup dan segala tantangan yang ada setiap hari dan setiap waktu.

Ini Aku Utuslah Aku

Terlahir di sebuah desa yang sejuk nan asri di Magelang. Orang tua memberiku sebuah nama yang baik menurut aku. Sedari kecil hingga besar ditempa hidup di alam pedesaan. Setelah lulus dari SLTA kemudian melanjutkan peziarahan hidup dengan bergulat dalam kehidupan yang begitu keras di Jakarta, Bogor dan Bandung. Selain untuk mencari suatu penghidupan yang layak, kehidupan rohani juga saya tempa dengan mengikuti kegiatan keagamaan. Kegiatan-kegiatan liturgis seperti di lingkungan, mudika maupun paroki saya coba kembangkan. Setelah kurang lebih lima tahun bergulat dalam pengembaraan kehidupan akhirnya dalam suatu kesempatan mengikuti retret bertemu dengan sesosok Bruder FIC. Dari hasil pertemuan awal itu sepertinya Tuhan menggerakkan diriku untuk mengikuti-Nya.Akhirnya segala sesuatu yang melekat dalam diriku, baik itu teman, sahabat, maupun pekerjaan yang selama kurang lebih lima tahun kubangun, kutinggalkan untuk mengikuti suatu ajakan suara hati yang begitu nyaring terdengar.Kuputuskan untuk mengikuti rekoleksi panggilan, screening dan tahap-tahap pembinaan sebagai postulan, Novis Kanonik maupun Novis Lanjutan. Segala macam pergulatan dan suka duka sebagai calon religius FIC saya coba hadapi dengan sebaik-baiknya.
Sebagai anugerah yang tak ternilai dari Tuhan dan terlebih lewat kongregasi FIC, pada tanggal 2 Juli 2006 diterima untuk mengucapkan prasetia pertama di Gereja Santo Antonius Muntilan bersama tujuh teman angkatan.Tahun pertama menempa diri di komunitas Don Bosko Candi Semarang dan menjalani karya perutusan bersama anak-anak muda di SMA Don Bosko Semarang. Satu tahun kiranya cukup untuk menempa hidup dan menimba pengalaman dari rekan -rekan guru, karyawan dan para siswa.Memasuki tahun ajaran baru 2008 menjalani tugas perutusan untuk mengembangkan diri lewat studi formal serta menjalani karya di Provinsialat FIC, Jalan Sultan Agung No 133 Semarang.